Melkisedek

Pertemuan Abraham dan Melkisedek — oleh Dirk Bouts, 1464–67

Melkisedek dalam bahasa Ibrani Malki-tsedeq yang artinya rajaku atau raja kebenaran.[1] Melkisedek adalah seorang raja di negeri Salem (atau disebut juga Yerusalem).[1] Namanya disebut 12 kali dalam 12 ayat di Alkitab: 1 kali dalam Kejadian 14:17–24, 1 kali dalam Mazmur 110:4, dan 10 kali dalam surat Ibrani (pasal 5-7).

Dalam kitab Kejadian 14:17-24, diceritakan bahwa Melkisedek adalah seorang imam Allah yang Maha Tinggi. Sedangkan dalam Ibrani 7: 1–10, Melkisedek adalah:

  • Melkisedek adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi (ayat 1)
  • Ia pergi menyongsong Abraham ketika Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja, dan memberkati dia (ayat 1)
  • Kepadanya Abraham memberikan sepersepuluh dari hasil jarahan yang diperoleh dari musuh-musuhnya (ayat 2)
  • Imam yang tidak didasarkan pada keturunan ("Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah" ayat 3)
  • Keimamannya tidak berawal dan berakhir ("harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan" ayat 3); keimamannya tetap abadi (tidak lahir dan tidak mati, "dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya" ayat 3);
  • Keimamannya adalah sebuah kebenaran ("Menurut arti namanya Melkisedek (bahasa Ibrani: מלכי־צדק‎; mal-kî-tse-ḏeq) adalah pertama-tama raja kebenaran (tse-ḏeq; sedek)" ayat 2); dan
  • Keimamannya bersifat damai ("dan juga raja Salem (bahasa Ibrani: מלך שלם‎; me-leḵ shā-lêm), yaitu raja damai sejahtera (shā-lêm; shalom; syalom; salem)" ayat 2).

Di dalam Mazmur 110:4, menyatakan "Melkisedek" yang akan datang kemudian sebagai seorang raja keturunan Daud yang ditetapkan dengan sumpah Allah menjadi imam untuk selama-lamanya. Latar belakang penetapan ini terdapat dalam hal penaklukan Yerusalem oleh Daud kira-kira tahun 1000 SM.[1][2]

Berdasarkan hal itu Daud dan keturunannya menjadi ahli waris atas jabatan imam raja dari Melkisedek. Raja yang ditetapkan dengan cara demikian disebut oleh Yesus dan orang-orang sezaman-Nya sebagai Mesias, anak Daud (Markus 12:35). Kesimpulan ini diambil oleh surat Ibrani, yang mengembangkan temanya tentang keimaman Tuhan Yesus di sorga berdasarkan Mazmur 110:4, dengan penjelasan dari Kejadian 14:17-24; di situ Melkisedek tampil dan menghilang tiba-tiba tanpa keterangan tentang kelahirannya atau kematiannya, asal nenek moyangnya atau keturunannya, dalam suatu cara yang menjelaskan bahwa kedudukannya lebih tinggi dari Abraham, dan tanpa disebut-sebut dari keimaman keturunan Harun sebagai keturunan Abraham. Maka dengan itu ditetapkan bahwa keimaman Kristus lebih tinggi dari keimaman Lewi pada zaman Perjanjian Lama (Ibrani 5:6–11; 6:20–7:28).

Dalam perspektif Yahudi, sosok Melkisedek atau raja Shalem merujuk kepada seorang Imam Besar yang menjabat di masa Abraham yakni Sem, putra Nuh.[3]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c Melkisedek: Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF. 1992. 50
  2. ^ Dianne Bergant, Robert J. Karris. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. 2002. 423
  3. ^ Ginzberg, Louis, ed. (1909). The Legends of the Jews (Translated by Henrietta Szold) Philadelphia: Jewish Publication Society.

Pustaka

  • Kugel, James L. (1998). "Melchizedek". Traditions of the Bible: a guide to the Bible as it was at the start of the common era. Cambridge: Harvard University Press. hlm. 275–293. ISBN 0-674-79151-7.