Opera Jakarta
Sebagian atau keseluruhan dari artikel ini dicurigai telah melanggar hak cipta dari tulisan yang terletak di:
- http://dunianostalgia80-an.blogspot.com/2014/
atau pihak di luar Wikipedia, dan selanjutnya akan dimasukkan dalam daftar Wikipedia:Artikel bermasalah hak cipta:
Disarankan untuk tidak melakukan perubahan apapun sampai masalah pelanggaran hak cipta di artikel ini diteliti pengguna lain dan diputuskan melalui konsensus
- Cek lewat Alat Pendeteksi Copyvio Earwig (di Toolforge)
- Jika Anda ingin menulis ulang artikel ini sebagai tulisan yang sama sekali baru, untuk sementara tuliskan di sini.
- Berikan komentar mengenai hal tersebut di halaman diskusi artikel ini.
- Perhatikan bahwa hanya mengubah sedikit atau beberapa bagian dari tulisan asli tidak cukup untuk menghilangkan pelanggaran hak cipta dari tulisan ini. Lebih baik membangun kembali artikel ini dari awal sedikit demi sedikit daripada membajak tulisan orang lain demi sebuah artikel besar.
- Jika Anda sebenarnya memang adalah pemilik sumber tulisan asli yang dimaksudkan (dan termasuk pula pemilik bukti tulisan yang menjadi dasar kecurigaan pelanggaran hak cipta), dan ingin membebaskan hak cipta tulisan tersebut sesuai GNU Free Documentation License:
- berikan keterangan di halaman diskusi artikel ini, kemudian bisa menampilkan pesan izin tersebut di halaman aslinya, atau berikan izin tertulis ke Wikipedia melalui email yang alamatnya tersangkut langsung dengan sumber tersebut ke alamat [email protected] atau surat tertulis ke Wikimedia Foundation. Berikan izin secara eksplisit bahwa tulisan tersebut telah dibebaskan ke dalam lisensi CC BY-SA 3.0 dan lisensi GFDL.
- Jika tulisan bukti memang berada di wilayah lisensi yang bisa untuk dipublikasikan di Wikipedia,:
- Jelaskan hal tersebut di halaman diskusi artikel ini, dengan bukti referensi yang tepat dan benar.
Kecuali kecurigaan hak cipta ini bisa dibuktikan salah dalam waktu paling lambat dua minggu, artikel ini akan dihapus
- Memuat artikel yang melanggar hak cipta adalah pelanggaran hukum dan tidak sesuai dengan Kebijakan Wikipedia.
- Jika Anda memiliki pertanyaan mengenai hak cipta, silakan lihat Hak cipta.
- Pengguna yang secara berulang memuat artikel yang melanggar hak cipta akan diblokir dari hak penyuntingan.
- Untuk sementara, pemuatan asli masih bisa dilihat melalui di halaman versi terdahulu.
- Anda dipersilakan memuat kontibusi orisinil.
Opera Jakarta | |
---|---|
Sutradara | Sjuman Djaya |
Produser | Th A. Budi Susilo J. Adisubrata |
Ditulis oleh | Sjuman Djaya Titi Nginung |
Pemeran | Ray Sahetapy Zoraya Perucha Dina Mariana Deddy Mizwar Soekarno M. Noor Ida Kusumah Nani Widjaja Rano Karno Minati Atmanegara Pitrajaya Burnama Joice Erna Anwar Fuady Ratna Riantiarno Dewi Yull Deddy Sutomo Mathias Muchus Cok Simbara A. Nugraha Adi Kurdi Tino Karno Arswendi Nasution |
Distributor | Gramedia Film |
Tanggal rilis | 21 Agustus 1986 |
Durasi | 181 menit |
Negara | Indonesia |
Penghargaan |
---|
Festival Film Indonesia 1986 |
|
Opera Jakarta adalah film Indonesia yang dirilis pada tahun 1986 yang disutradarai oleh Sjuman Djaya.
Sinopsis
Klinem (Dewi Yull) pulang ke Bekonang, Solo untuk menyerahkan bayinya pada neneknya untuk diasuh. Oleh sang nenek bayi itu diberi nama Joko, dan dibesarkan tanpa tahu siapa ibunya. Setelah besar Joko sudah menunjukkan kegemarannya bertinju dan sering jadi pemimpin di antara kawan sebayanya. Beberapa tahun kemudian, di keluarga Yonosiswoyo yang otoriter, sedang kebingungan karena Rum (Zoraya Perucha), yang akan menikah sore harinya, pergi dari rumah tanpa ada yang tahu. Ayahnya, Widi Yonosiswoyo (Soekarno M. Noor) seorang insinyur beranak tujuh tinggal ditemani dua istri tuanya. Pamannya, Soni Yonosiswoyo (Deddy Mizwar) seorang jendral dan kelas kakap beristri dua pergi mencari ditemani istri tuanya dan adik Rum yang selama ini iri pada kekayaan istri tua dan adik Rum. Rum yang punya banyak pacar lebih memilih Yoko (Ray Sahetapy) alias Joko, petinju populer tetapi liar sikap hidupnya. Rum tertarik karena keliarannya itu, apalagi setelah tahu latar belakang Yoko yang gelap waktu kecil, yang menderita sampai akhirnya tertolong karena kepandaiannya bertinju. Ketika hidupnya mulai sukses, Yoko pulang kampung tetapi menjumpai neneknya sudah meninggal karena terseret arus sungai Bengawan Solo yang sedang banjir. Yoko pergi ke Jakarta, jadi tokoh populer dan lambang pembangkang dan antikemapanan bagi anak-anak muda. Karena posisinya ini maka aparat keamanan melibatkan diri. Sebagai anggota aparat keamanan, Soni tidak bisa memahami jiwa Yoko ini, meski istri tuanya telah mengingatkan bahwa Yoko persis seperti dirinya di waktu muda. Berbagai usaha telah dilakukan oleh banyak pihak untuk menjatuhkan Yoko. Yoko dituduh sebagai dalang kerusuhan sosial, dan terakhir dituduh sebagai pemerkosa. Ia berhasil membuktikan bahwa dirinya bersih.
Rum akhirnya pulang dan bersiap menghadapi upacara pernikahannya dengan Santoso (Mathias Muchus) yang dijodohkan orangtuanya, tetapi tidak dicintainya. Di tengah upacara, segerombolan pemuda datang mengacaukan upacara. Penganten disandera. Mereka minta Yoko didatangkan yang bertujuan untuk menghindarkan Yoko dari pertandingan malam harinya yang akan dijadikan ladang pembantaian untuk menghancurkan reputasi Yoko. Teror berhasil digagalkan oleh Soni, para teroris terbunuh. Pemimpinnya ternyata Himan (Rano Karno), adik kandung Rum. Peristiwa ini membuat Yoko nekat menghadapi petinju Korea yang dihadapinya secara habis-habisan. Yoko menang. Keesokan harinya Rum menemuinya dan menyatakan akan kawin dengan Demas (Anwar Fuady), rekan sekantornya yang diam-diam mencintainya.[1]
Penghargaan dan nominasi
Tahun | Penghargaan | Kategori | Penerima | Hasil |
---|---|---|---|---|
1986 | Festival Film Indonesia | Film Terbaik | Opera Jakarta | Nominasi |
Sutradara Terbaik | Sjuman Djaya | Nominasi | ||
Pemeran Utama Pria Terbaik | Ray Sahetapy | Nominasi | ||
Pemeran Pendukung Pria Terbaik | Deddy Mizwar | Menang | ||
Soekarno M. Noer | Nominasi | |||
Penulis Skenario Terbaik | Sjuman Djaya | Nominasi | ||
Pengarah Sinematografi Terbaik | Soetomo Gandasoebrata | Nominasi | ||
Penyunting Gambar Terbaik | Norman Benny | Menang | ||
Penata Suara Terbaik | Nominasi | |||
Penata Artistik Terbaik | Djufri Tannisan | Nominasi | ||
Penata Musik Terbaik | Marusya Nainggolan | Nominasi |
Referensi
- ^ Opera Jakarta[pranala nonaktif permanen]
Pranala luar
- [email protected][pranala nonaktif permanen]
- l
- b
- s
- Bajangan (1965)
- Lewat Tengah Malam (1971)
- Flambojan (1972)
- Si Doel Anak Betawi (1973)
- Si Mamad (1973)
- Atheis (1974)
- Laila Majenun (1975)
- Si Doel Anak Modern (1976)
- Pinangan (1976)
- Yang Muda, Yang Bercinta (1977)
- Kabut Sutra Ungu (1979)
- Bukan Sandiwara (1980)
- R.A. Kartini (1982)
- Budak Nafsu (1983)
- Kerikil-Kerikil Tajam (1984)
- Opera Jakarta (1985)
- Si Mamad (1973)
- Bulan di Atas Kuburan (1973)
- Atheis (1974)
- Laila Majenun (1975)
- Pinangan (1976)
- Yang Muda yang Bercinta (1977)
- Ombaknya Laut Mabuknya Cinta (1978)
- Kabut Sutra Ungu (1979)
- Selamat Tinggal Duka (1980)
- Saodah (1956)
- Anakku Sajang (1957)
- Nji Ronggeng (1969)
- Kekasihku Ibuku (1971)
- Pengantin Remadja (1971)
- Lewat Tengah Malam (1971)
- Jang Djatuh di Kaki Laki-Laki (1971)
- Beranak Dalam Kubur (1971)
- Lorong Hitam (1972)
- Si Bongkok (1972)
- Mama (1972)
- Andjing-Andjing Geladak (1972)
- Si Doel Anak Betawi (1973)
- Jimat Benyamin (1973)
- Si Mamad (1973)
- Atheis (1974)
- Cinta Remaja (1974)
- Prahara (1974)
- Laila Majenun (1975)
- Si Doel Anak Modern (1976)
- Pinangan (1976)
- Wajah Tiga Perempuan (1976)
- Gitar Tua Oma Irama (1977)
- Yoan (1977)
- Siulan Rahasia (1977)
- Arwah Komersial dalam Kampus (1977)
- Darah Muda (1977)
- Ombaknya Laut Mabuknya Cinta (1978)
- Kabut Sutra Ungu (1979)
- Selamat Tinggal Duka (1980)
- Permainan Bulan December (1980)
- Yang Kembali Bersemi (1980)
- Gadis Maraton (1981)
- R.A. Kartini (1982)
- Kerikil-Kerikil Tajam (1984)
- Yang Masih di Bawah Umur (1985)
Artikel bertopik film Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. |
- l
- b
- s